Kepada MuriaNewsCom, Dimaz membuka cerita misterinya. Tepatnya
pada malam Jumat Legi di tahun 2014. Ketika itu, Dimaz baru pulang dari rumah
sakit setempat pukul 23.45 WIB.
Dimaz baru pulang membesuk keponakannya. Malam itu, hujan rintik turun. Udara malam
bercampur hujan, membuat tubuh Dimaz sedikit lelah. Rasanya, kalau melanjutkan
perjalanan, tubuhnya tak begitu mampu menahan gempuran dinginnya udara malam.
Sunyi, dan gelap.
Di tengah suasana itu, Dimaz melihat sebuah bangunan gubuk yang tampak teduh.
Pikirnya, istirahat sebentar di gubuk itu mampu memulihkan tenaganya.
Dimaz mencopot
jaket yang dikenakannya karena basah.
Ada sebuah bangku kayu di depan gubuk
itu. Dimaz duduk di bangku tersebut. Pelan-pelan Dimaz mengatur nafasnya, biar
lebih tenang.
Tiba-tiba seorang gadis remaja muncul dari balik gubuk.
Ternyata gadis itu berubah. Dimaz melihatnya seperti pocong. Tapi jalannya
ngesot.
“Siapa namamu? Kamu kenapa?”Tanya Dimaz.
Bukannya dijawab, malah sosok itu cengar-cengir, kemudian
mengangis. “Kembalikan kakiku,” seru sosok tersebut.
“Astagfirullah,” Dimaz berseru.
Dimaz langsung mendatangi sepeda motornya. Dinyalakan mesinnya, tapi tak juga nyala. Dalam
kondisi gugup bercampur takut, Dimaz tak bisa berpikir tenang. Jantungnya terasa mau copot.
Dimaz terpaksa
menuntun sepeda motornya secepat mungkin. Tapi aneh, meski Dimaz sudah menuntun
sepeda motor dengan cepat, rasanya masih dekat dengan gubuk.
Rasa takut yang
memuncak, ditambah letih tak karuan, membuat Dimaz menyerah. Dimaz tiba-tiba
pingsan.
Desiran angin yang menyentuh tubuh Dimaz seolah tak lagi terasa.
Dimaz tak ingat
berapa lama pingsan. Tapi seingatnya, Dimaz pingsan hampir tiga jam. Saat
tersadar, suasana masih sunyi dan gelap. Tanpa melihat ke arah gubuk, Dimaz
mencoba menyalakan mesin sepeda motor. Dan itu berhasil. (*)
Sumber : MuriNewsCom
0 comments:
Post a Comment